Dilema
- NadhiGrenada
- Apr 22, 2020
- 2 min read
Updated: Jan 25, 2021
Dilema
Penah gak sih ngalamin ada di persimpangan jalan, bingung mau belok ke kiri atau ke kanan. Bingung mau ambil jalan yang jauh tapi mulus apa yang deket tapi bergelombang? Sebagai manusia, pasti kita pernah mengalami hal seperti itu, paling tidak sekali. Aku sering sekali mengalaminya. Tidak hanya bingung mau memilih jalan, tapi juga bingung gimana harus bersikap. Ini adalah cerita pribadi yang didokumentasikan agar menjadi cerita kelak untuk diriku dimasa depan, juga untuk anak-anakku kelak. Saat ini, aku bekerja disalah satu instansi pendidikan Kristen sebagai tenaga pengajar. Sudah hampir 5 tahun aku bergelut dibidang ini bersama anak-anak kecil yang masih perlu bimbingan untuk menjalani hidup. Ya, aku adalah seorang wali kelas taman kanak-kanak. Aku suka pekerjaan ini, bertemu anak-anak, berdiskusi dengan pikiran mereka yang sangat sederhana namun luar biasa hebat, bercanda tawa penuh ketulusan, menangis dengan hati yang saling berbagi, sungguh menyenangkan. Itu bagaikan melihat sisi lain dunia ini sebelum 'rusak'. Disaat yang bersamaan, aku juga memiliki komunitas teman pengajar yang sangat membantu dalam memberikan ide dan kritikan. Jika dipikir-pikir, kurang enak apa bekerja di tempat seperti ini? Semuanya serba asyik, oke, necis dengan gaji yang dianggap berlimpah. Sepintas iya, semuanya itu sungguh anugerah. Lalu apakah tidak mungkin terjadi dilema pada lingkungan kerja seperti ini? Ternyata, dilema itu tetap ada! Kami terus menerus "dibentuk" dan dipersiapkan menjadi pendidik yang baik sesuai dengan ajaran Alkitabiah. Saking fokusnya membentuk orang lain, banyak dari kita yang lupa untuk membentuk diri sendiri. Alih-alih menjadi terbuka dan terbentuk, malah menjadi keras dan sukar berubah. Disitulah awalnya aku juga akhirnya berubah, tidak lagi total menjalani hari-hari bekerja. Aku mencoba memilih dan memilah apa yang baik untuk ditiru dan yang tidak untuk dijauhkan. Tentu itu semua berdampak pada cara pandangku terhadap hidup dan manusia. Menjadikanku pribadi yang begitu apatis terhadap hal-hal tertentu dan sangat peduli dengan hal-hal lainnya. Apa itu? Sangat tidak etis jika ku bongkar semua yang terjadi, tapi yang jelas ini sebuah pengalaman yang sangat berarti buatku. Belajar bagaimana MENGIMANI APA YANG DIUCAP DAN MENGAMINI APA YANG TERJADI. Menjadi diri sendiri, seutuhnya, sejujurnya, mencoba terus berkembang, dan tidak perlu menyenangkan orang lain, juga berkawan dengan setiap lapisan yang ada.

Tanpa disadari, dilema itu terjadi setiap hari.. Mendengar apa yang benar tapi melihat apa yang salah. Jadi mana yang harus dicontoh? Perlu hikmat untuk memutuskan dan keberanian untuk melakukannya. Apapun yang kamu lakukan saat ini, teruslah menjadi diri sendiri yang sesuai dengan apa yang dimau Tuhan, bukan orang lain. Terus berjuang demi sesuatu yang pantas diperjuangkan, jangan ikut arus. If you did it before, I am sure you will keep doing so. God be with you. Love, Grenada.
Comments